I Thought We Share The Same Feelings?
Hari ini tidak berjalan sesuai dengan harapan Aby. Rencananya untuk pulang kerja lebih awal dan menjemput sang pujaan hati, harus pupus begitu saja. Saat ayah memintanya untuk turut serta dalam pertemuan dengan klien, yang jelas tidak akan bisa Aby tolak.
Saat ini, Aby tengah berdiam diri di dalam mobilnya. Ia sudah sampai di salah satu bar di kawasan Senopati, lokasi perayaan ulang tahun Giana. Ia yakin mereka sedang bersenang-senang di dalam sana, mengingat acara birthday surprise Giana sudah dimulai sejak satu jam yang lalu.
Aby tinggalkan rasa lelahnya, dan segera membawa dirinya keluar dari mobil. Sekarang yang ia inginkan hanya segera bertemu dengan sang pujaan hati, Jelitha.
Alunan musik dapat terdengar ketika Aby membuka pintu bar. Terlihat semua orang menggenakan pakaian berwarna hitam sembari mengenakan topeng, sesuai dengan dresscode acara malam ini.
Dengan mudah Aby bisa menemukan dimana teman-temannya berkumpul. Satin dress berwarna putih yang dikenakan Giana, membuatnya terlihat mencolok di ruangan ini. Mereka semua tengah berada di ujung ruangan, duduk di meja dekat bar cabinet.
Aby tidak pernah merasa sekaget ini. Di tengah keramaian ruangan ini, rasanya apa yang barusan ia dengar lebih ramai mengganggu pikirannya.
Percakapan Jelitha yang tidak sengaja ia dengar, berhasil membuatnya diam membeku.
“Ya maksudnya aku juga udah besar. Dia ribet banget nanya-nanya terus. Aku tau sih, emang si Aby tu lebih tua ya dari aku. Tapi, aku itu enggak suka banget digituin!”
“Ya udahlah, Tha. Dia itu juga cuman khawatir.”
“Tapi dia itu ngeselin banget, deh. Dasar si Aby!”
Sedari tadi Aby diam mendengarkan percakapan mereka dari balik bar cabinet.
Jelas hanya kekesalan dan rasa tidak suka yang ia tangkap dari perkataan Jelitha barusan.
Terlampau kaget, Aby masih tidak berkutik dan berusaha mencerna situasi yang ia hadapi.
Rasanya, sejauh ini semua berjalan dengan lancar. Tidak pernah ada penolakan yang Jelitha berikan kepadanya. Hubungannya dengan Jelitha baik-baik saja. Ia pun sempat yakin, bahwa akan berhasil membawa hubungannya lebih serius.
Jadi, selama ini Jelitha terganggu dengan sikapnya? Tapi mengapa Jelitha selalu memberikan respon kepada semua hal yang ia lakukan? Kenapa juga Jelitha sering berinisiatif untuk menghubungi atau mengajaknya pergi terlebih dahulu?
Kalau pun sedari awal Jelitha bilang ia merasa tidak nyaman dengannya. Aby juga akan langsung berhenti untuk berusaha mengejarnya. Tidak harus dengan cara seperti ini ia mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
Apa selama ini hanya kepura-puraan yang Jelitha berikan?
Aby kira mereka berbagi perasaan yang sama.
Namun, ternyata selama ini hanya dia yang menaruh rasa.