Kehadiranmu nggak pernah ada di rencanaku

thedeepinside
4 min readMar 23, 2024

--

Selama ini isi pikiran gue nggak akan jauh-jauh dari kerjaan. Karena kerjaan gue sendiri pun kadang rasanya masih susah untuk di handle. Kadang perlu pakai tenaga extra, untuk gue berhasil nyelesaiin masalah di kerjaan, atau mastiin proyek yang gue pegang bisa sukses.

Udah hampir empat tahun fokus gue hanya untuk kerjaan, keluarga, kegiatan sosial dan diri gue sendiri. Rasanya semua ini udah cukup untuk sekarang. Karena gue pun masih suka kewalahan buat make sure semuanya bisa seimbang.

Tapi sebulan terakhir ini, nggak tahu kenapa ada satu hal baru yang selalu mengisi pikiran gue. Ini bukan kerjaan atau pun masalah sepele lainnya.

Tapi ini hal serius, yang sampai sekarang gue pun masih suka bingung sendiri gimana cara menghadapinya.

Namanya Jelitha.

Gue baru aja kenal dia waktu kegiatan volunteer. Awalnya gue cuman tahu dia temen dari Giana, pacarnya Niko. Gue juga nggak bereaksi apapun, karena memang program volunteer ini terbuka untuk semua orang.

Tapi satu hal pasti yang gue tahu, gue jatuh cinta pandangan pertama sama dia.

Senyumnya adalah hal pertama yang memikat gue.

Gue sendiri juga bingung, kenapa di awal ketemu gue bisa langsung yakin sama dia. Bisa gue bilang pertemuan pertama kita nggak berlangsung dengan baik. Karena gue yang bodoh dan akhirnya bikin semuanya jadi canggung.

Tapi lambat laun gue ngerti. Jelitha punya pesonanya tersendiri. Beberapa kali gue pulang bareng dia, gue jadi mulai ngerti bahwa apa yang ada di dalam dirinya tak kalah lebih cantik dari paras luarnya yang sudah cantik.

Rambutnya ikal berwarna hitam dan panjang sepunggung. Dia selalu wangi antara bunga melati atau bunga sedap malam. Bikin gue keinget sama rumah, karena ibu suka banget taruh bunga sedap malam di penjuru rumah.

Jelitha ramah dan gampang buat berbaur. Kalau bicara suaranya halus dan tutur katanya selalu sopan, sejauh ini gue belum pernah denger dia ngomong kasar. Sekesel-keselnya dia sama kelakukan absurd Niko, palingan dia cuman akan ngendus dan mukul kecil lengan Niko. Kalau itu gue, pasti gue akan langsung ngeluarin sumpah serapah ke Niko.

Gue tahu dia orang yang baik. Jelitha punya hati yang besar tapi juga lembut di saat yang bersamaan. Dia pekerja keras dan selalu bisa ngelakuin semua hal sendiri.

Gue belum pernah bawa temen perempuan sekali pun kerumah, termasuk pacar gue yang terakhir. Gue pribadi ngerasa, bakal ngenalin secara formal ke keluarga kalau rasanya gue udah yakin dan bisa serius sama hubungan gue.

Tapi gue nekat bawa Jelitha ke rumah, walaupun sekarang kita masih temenan dan gue juga belum tahu apa status kita bisa lebih dari itu. Tapi gue udah yakin sama Jelitha.

Waktu itu gue tinggalin Jelitha sendirian di ruang keluarga. Gue yakin dia pasti bakal aman aja kalau semisal ketemu sama orang rumah, dan dugaan gue bener. Jelitha udah asik ngobrol sama ibu. Dari awal gue tahu, kalau Jelitha ketemu sama ibu pasti mereka berdua akan cocok banget. Banyak kesamaan di diri mereka.

Tapi gue nggak nyangka, kalau sepertinya ibu juga jatuh hati sama Jelitha pada pandangan pertama.

Sekarang di depan gue udah ada tiga dara yang baru asik ngobrol, dan sepertinya eksistensi gue sekarang udah nggak dianggap.

Ibu mengundang Jelitha untuk ikut di acara Serentak Berkebaya milik yayasan. Gue nggak pernah nyangka, ibu juga akan bertindak sejauh ini agar bisa bertemu Jelitha lagi. Tapi nggak apa, itung-itung nantinya gue enggak harus susah-susah ngenalin Jelitha ke keluarga lagi.

Sedari tadi acara mulai, mata gue nggak pernah bisa lepas dari Jelitha. Dia sangat cantik hari ini. Dalam balutan kebaya berwarna gold, stagen jumputan berwarna merah, rambutnya di cepol simpel, dan sentuhan aksesoris-aksesoris emas yang dia kenakan. Gue lumayan sedikit tahu mengenai dandanan berkebaya, karena tinggal bersama ibu dan Mbak Arrum yang sering menggunakan kebaya.

Kulit kuning langsat Jelitha terlihat makin manis, dalam balutan gaya kebaya berdominasi gold yang dia pakai. Selama ini gue ngerasa, orang paling anggun itu hanya ibu dan Mbak Arrum. Tapi, kayaknya gue salah. Eksistensi Jelitha saat ini bersama dengan ibu dan Mbak Arrum, rasanya ia juga sama anggunnya dengan mereka.

Gue rasanya kayak ketinggalan sesuatu, waktu lihat Jelitha yang tiba-tiba udah bareng sama Mbak Arrum dan mereka kelihatan udah saling kenal. Entah kebetulan untuk sekian kalinya, tapi rasanya memang semesta merestui gue untuk bisa bersama Jelitha.

Gue juga baru tahu, kalau ternyata Jelitha adalah designer yang akan handle untuk baju-baju nikahan Mbak Arrum. Yang artinya, mereka akan semakin sering untuk bertemu dan berinteraksi. Oke, berarti gue nggak harus susah-susah buat ngenalin Jelitha dan minta restu ke Mbak Arrum. Karena sekarang mereka berdua udah asik ngobrol membahas buku terbarunya Mbak Arrum.

Gue harus banyak-banyak bersyukur. Sejauh ini semuanya mulus, dan gue nggak ngira akan semulus ini. Apalagi, dengan sendirinya ternyata keluarga gue udah welcome dan kelihatan suka dengan kehadiran Jelitha.

Bener, kan? Jelitha punya pesonanya tersendiri.

Dan keluarga gue udah takluk sama pesona Jelitha.

Tapi di satu sisi, gue juga jadi khawatir. Karena semuanya beneran di buat semulus ini sama semesta.

Kayaknya gue harus bersiap diri dengan rencana selanjutnya yang semesta persiapkan.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

thedeepinside
thedeepinside

No responses yet

Write a response