Lost in Mayestik

thedeepinside
4 min readJun 4, 2024

Photograph by Bagus Nugroho from Manual Jakarta

Abyaksa kecil selalu senang ketika diajak ibu menemani pergi ke toko kain dan perlengkapan alat batik. Ibu selalu membeli kain mori, malam, pewarna kain, dan canting dalam jumlah banyak untuk keperluan pabrik batik milik eyang. Melihat cara ibu berinteraksi dengan pedagang dan turun langsung untuk memilih semua keperluan, Abyaksa kecil tahu secinta apa ibu pada pekerjaannya.

Siang ini rasanya seperti déjà vu, menemani Jelitha berkeliling Pasar Mayestik mengingatkan Aby akan masa kecilnya bersama ibu. Aby belum pernah menginjakan kakinya di Pasar Mayestik, sehingga hari ini ia melihat banyak hal baru disana.

Deretan toko kain di Mayestik menjadi pemberhentian pertama mereka. Aby mengikuti Jelitha berpindah masuk dari satu toko kain menuju toko lainnya. Gadis itu menyebutkan banyak nama kain yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Aby juga ikut mencoba menyetuh berbagai macam bahan kain, ia terkesima karena setiap kain ternyata memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri.

Dengan senang hati Jelitha menjawab semua pertanyaan dari Aby tentang kain-kain yang ada disana. Layaknya ensiklopedia, Jelitha juga menjelaskan macam-macam serat dari kain, proses pemintalan benang, kegunaan dari tiap kain, hingga produk akhir yang bisa diciptakan.

Walaupun Mayestik siang ini terasa sangat panas, tetapi tidak mengurangi rasa semangat Jelitha. Setelah selesai berkutat dengan perkainan, Jelitha langsung mengajak Aby menuju pemberhentian mereka selanjutnya, yaitu wisata kuliner.

Di sepanjang jalan Pasar Mayestik dapat dijumpai banyak gerobak pedagang jajanan pasar. Ada berbagai macam kue tradisional, mulai dari kue ape, kue cubit, roti jala, serta pancong. Selain itu, ada juga es cincau dan es podeng yang cocok untuk menambah kesegaran.

Tidak hanya sampai situ, mereka juga mencoba kuliner yang ada di dalam bangunan pasar. Banyak jajanan dan juga pilihan makanan berat disana. Jelitha ingin memastikan Aby harus mencoba semua makanan yang ada disana. Gadis itu heran bagaimana bisa Aby belum pernah mencoba jajanan enak di Pasar Mayestik, rugi sekali.

“Aby ini cobain es podengnya, deh!” Aby menerima suapan makanan yang Jelitha berikan dengan senang hati. Ia juga tidak bisa melepaskan pandangannya dari Jelitha yang tengah sibuk makan dan tak berhenti-hentinya mengoceh membahas seberapa enak jajanan yang mereka santap siang ini.

Selesai mengisi perut, petualangan mereka dilanjutkan menuju pemberhentian terakhir, yaitu Toko Maju. Tidak seperti toko kain megah yang tadi mereka kunjungi, Toko Maju terletak di sebuah gang di Pasar Mayestik dengan tampilan yang sederhana. Walaupun terlihat sederhana, tapi toko ini tidak bisa dianggap remeh.

Terlihat kecil dari depan, tapi Aby dibuat terheran-heran ketika masuk ke dalam. Matanya langsung dimanjakan dengan berbagai alat jahit dan pernak pernik yang tertata rapi. Kancing lubang, kancing bungkus, kancing jepret terpampang menutupi seluruh dinding. Rak-rak ditumpuk tinggi berisi benang dengan warna terkoordinasi. Kumpulan ritsleting dan hiasan tali digantung di atas kepala. Semakin meriah dengan pita warna-warni yang menghiasi lorong-lorong sempit, berbagai renda, payet, manik-manik turut serta disana.

Aby setuju dengan Jelitha, saat gadis itu bilang pemberhentian terakhir mereka adalah surga bagi orang-orang di kreatif industri, terutama fashion designer.

Walaupun toko ini mungkin tampak sesak. Tapi dapat memberikan percikan ide kreatif kepada pengunjungnya. Kita dapat merasakan sensasi penemuan ketika sedang berjalan-jalan disekitar toko, sesekali berhenti untuk melihat lebih dekat berbagai sulaman, manik-manik, dan barang-barang unik lainnya sambil memikirkan apa yang dapat dibuat dengan barang ini.

Aby membuntuti kemana kaki Jelitha pergi. Bagian dalam toko ini seperti labirin, yang jika Aby salah langkah maka ia bisa tersesat di antara renda-renda dan benang disekitarnya. Tapi sepertinya Aby sudah ikut terseret masuk ke dalam dunia Jelitha. Dunia yang Jelitha geluti berbeda jauh dengan milik Abyaksa. Seharian bersama Jelitha, memperlihatkan sisi secinta apa ia dengan pekerjaannya.

Lamunan Aby buyar ketika merasakan tepukan di pundaknya. “Aku udah selesai. Kita kedepan bayar dulu, yuk!” Jelitha berjalan mendahului Aby menuju kasir yang berada di dekat pintu keluar.

Dua lembar uang seratus ribu diserahkan Jelitha kepada penjaga kasir. “Udah semua ini, Tha?” Aby bertanya sembari mengambil alih belanjaan di tangan Jelitha. Tangan Aby penuh dengan tentengan kantong belanja hasil berburu mereka hari ini. Ia tidak mengira seharian di Pasar Mayestik dapat membuat mereka kalap belanja sebanyak ini.

“Udah semua, aku udah selesai belanjanya.” Jelitha menerima selembar uang sepuluh ribu sebagai kembalian. “Kita langsung pulang ke rumah kamu aja ya?” Tanya Jelitha dan Aby mengangguk sebagai jawaban.

“Jelitha.”

Langkah kaki Jelitha dan Aby terhenti, ketika mendengar ada suara yang memanggil dari dalam toko. Sontak Jelitha melihat ke dalam mencari siapa gerangan yang memanggilnya.

“Hai Tha! Ternyata bener ya ini kamu.” Langkah kakinya dibawa mendekat. Gadis berkulit putih dengan potongan rambut bob sebahu ini sudah berdiri dihadapan Jelitha dan Aby.

Jelitha masih diam tak berkutik. “Litha, kamu kenal?” Pertanyaan Aby membuat Jelitha terperanjat. “Eh, iya ini Ashley temen kuliahku.” Jelitha menjelaskan sembari tersenyum melihat gadis di depannya.

“Ashley, sorry aku buru-buru. Aku pergi duluan ya.” Pamit Jelitha secara sepihak, sambil menarik tangan Aby untuk segera keluar dari toko. Meninggalkan Ashley seorang diri.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

thedeepinside
thedeepinside

No responses yet

Write a response