Resah

thedeepinside
3 min readApr 13, 2024

Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Jalanan Jakarta sudah terlihat lebih lenggang. Tapi masih terlihat hidup, dengan deretan lampu dari gedung-gedung pencakar langit yang masih menyala.

Rambut lepek, wajah kusam, dan baju kusut terlihat jelas dari penampilan Jelitha sekarang. Ia sudah benar-benar lelah, tidak nyaman dengan kondisinya. Tapi apa daya, tanggungannya di kantor masih harus diselesaikan.

Berpergian sendirian adalah hal biasa untuk Jelitha. Atau, lebih tepatnya ia biasa dengan kesendirian.

Seperti saat ini, ia pulang sendirian dengan menggunakan jasa ojek online. Selalu menggunakan ojek online seperti biasanya. Tapi, entah apa karena ia sudah lelah, atau memang data driver yang tertera di aplikasi tidak lengkap. Tidak bisa dipungkuri, ada sedikit rasa resah menyelimuti hatinya. Tidak bermaksud untuk berpikiran buruk, tapi sejatinya merasa cemas itu wajar, kan?

Sudah lah. Saat ini, yang Jelitha pikirkan hanya ingin cepat sampai kamarnya dan beristirahat.

Jelitha hanyut dalam pikirannya sendiri, ketika tiba-tiba motor yang ia tumpangi menepi di pinggir jalan. Ini belum sampai di titik tujuan, masih perlu setengah perjalanan lagi hingga ia sampai di apartemennya. Tapi mengapa tiba-tiba berhenti? Atau jangan-jangan akan ada hal buruk terjadi?

Jelitha refleks segera turun dari motor, dan berjalan mundur beberapa langkah untuk berjaga-jaga.

“Ada apa ya, pak?” Jelitha bertanya dengan bingung

“Itu kak mobil di depan tapi mepet-mepet, minta saya menepi sebentar.” Jelitha melihat arah tunjuk menuju mobil Audi hitam yang ada di depan mereka.

“Kenapa, pak? Memang tadi kita nyerempet?”

“Enggak, kak. Saya juga enggak tahu. Sebentar ya, saya kesana dulu mau tanya.” Jelitha mengangguk dan melihat bapak driver sedang berbicara dengan pengemudi mobil di depannya.

Jelitha mengambil handphone dan segera mengecek apakah ada temannya yang mungkin sudah bangun. Walaupun, ia sadar kemungkinannya sangat kecil. Mengingat ini masih waktu untuk mereka beristirahat.

“Jelitha.”

Sapaan dari suara berat ini terdengar sangat familiar di telinga Jelitha. Ia masih menunduk, tapi bisa dilihatnya sepatu converse hitam yang dipakai secara sembarangan. Terbukti dengan bagian belakang yang diinjak secara paksa.

Jelitha tahu ia sudah sangat lelah, tapi ia masih cukup sadar untuk mengenali orang didepannya.

“Aby?”

“Ayo pulang, Tha.”

“Aby kenapa bisa disini? Kamu ngapain?” Jelitha tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

Kenapa tiba-tiba Aby ada disini? Jelitha ingat ia memang menghubungi Aby, hanya untuk menitipkan live location miliknya tadi. Tapi sekarang Aby sudah muncul dihadapannya.

Suara dari bapak driver menyadarkan Jelitha. “Kak, saya duluan ya. Makasih ya kak.” Pamit bapak driver yang tiba-tiba sudah pergi begitu saja.

“Loh, bapak kenapa pergi?” Jelitha tambah bingung dengan situasi saat ini.

“Litha, ayo pulang.”

“Kamu ngapain disini? Kamu tahu dari mana aku ada disini?” Jelitha masih mencecar Aby dengan banyak pertanyaan.

“Aku lihat live location yang kamu kirim, Tha.”

“Abyyy ini udah malem, ngapain kamu nyusulin aku kesini?”

“Terus ngapain kamu baru pulang jam segini?”

Skakmat. Ucapan Aby berhasil memukul telak Jelitha.

Jelitha baru sadar, bahwa Aby yang ada didepannya ini berbeda dengan Aby yang biasa ia temui. Dingin. Itu yang terlihat jelas dari diri Aby sekarang.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

thedeepinside
thedeepinside

No responses yet

Write a response