Sekolah Kita

thedeepinside
4 min readMar 2, 2024

Jelitha selalu merasa lebih hidup, tiap kali mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak orang. Sudah hampir empat minggu, ia mengikuti kegiatan volunteer Sekolah Kita. Setiap minggu selalu ada cerita baru yang ia dapatkan dan ia syukuri.

Hari ini, Jelitha membawa special packages berisi chocolate cookies yang ia siapkan untuk adik-adik Sekolah Kita. Setiap mendapat senyuman manis yang diberikan oleh adik-adik saat mereka menerima bingkisan, rasa senang berlebih menyelimuti hati Jelitha.

“Ini ya buat kamu. Semoga suka sama cookies-nya!” ucap Jelitha, sembari memberikan bingkisan cookies terakhir.

“Akhirnya selesai juga kelas hari ini.” Kata Niko. Mereka sekarang sedang merapikan sisa-sisa perlengkapan untuk kelas hari ini.

“Jelitha, thank you ya udah bawa cookies hari ini. Anak-anak pada happy banget!” ujar Ilaya tersenyum hangat kepada Jelitha.

“Dengan senang hati.” Sungguh, Jelitha sangat senang saat ini.

“Sesi hari ini anak-anak pada antusias banget ya. Tapi jujur lokasinya jauh banget dari basecamp.”

“Iya Ray. Sumpah kok lo bisa aja nemu lokasi ini, sih?” tanya Niko sedikit heran.

“Bukan gue, yang ngurus semua lokasinya kan si Aby. Dia yang urus semua perizinan, gue tinggal jalanin aja.”

“Pantes kalo si Aby. Dia mainnya jauh-jauh banget, bro.” ujar Niko sambil terkekeh.

“Eh, Ilaya nanti lo jadi balik sama gue sekalian?” tanya Ray, berbalik menghadap Ilaya yang sedang mengobrol dengan Jelitha.

“Jadi Ray. Bisa kan lo?”

“Bisa.” Niko langsung tersadar dan menoleh ke Jelitha.

“Litha, kamu nanti balik naik apa? Aku enggak bisa anter kamu pulang. Habis drop barang di basecamp, langsung ada acara.” jelas Niko.

“Aku naik gojek aja kayak biasanya. Santai aja Niko, biasanya kan juga pulang sendiri.” Jelitha tetap fokus merapikan barang-barangnya ke dalam tas.

“Litha, kamu naik gocar aja ya baliknya. Jangan naik motor, jauh banget ini ke rumah kamu.” Niko menolak mentah-mentah jawaban Jelitha barusan.

“Santai aja, Niko. Kamu lama-lama mirip sama Giana, deh.” jawab Jelitha sedikit malas.

Sejak resmi menjadi mahasiwa perantauan di Jakarta, memang Jelitha selalu senang menggunakan transportasi umum. Setiap hari, untuk mobilitasnya ke kampus, ia akan memesan melalui aplikasi online berupa ojek motor. Jelitha sangat mengedepankan efisiensi waktu dan pastinya karena harga yang lebih murah. Anak rantau harus berhemat, kan?

Jelitha dan Ilaya sedang fokus merapikan alat tulis di kelas ketika terdengar suara ramai dari luar. Seperti suara Ray dan laki-laki yang terdengar asing di telinganya.

“Gimana? Aman, Ray?”

“Loh, udah balik aja lo. Udah selesai urusannya, By?” Ray balik bertanya dan bukannya menjawab pertanyaan laki-laki itu.

“Iya, baru aja sampe gue. Langsung sempetin buat check kesini.”

“Woi, gila! Mr. busy Abyaksa udah balik aja lo, bro!” suara Niko tiba-tiba terdengar juga.

“Iya, udah ini. Gimana empat minggu ini lancar?” tanyanya memastikan kembali.

“Iya lancar. Udah lo enggak usah worry gitu. Orang project leader-nya gue, jelas aman.” jawab Ray penuh percaya diri.

“Thanks ya, Ray. Kalo enggak ada lo, ga tau lagi siapa yang bisa handle.”

Jelitha dan Ilaya keluar dari kelas. Ia mendapati Ray dan Niko yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal.

“Eh, ada Kak Aby! Kapan sampainya, Kak?” Ilaya bertanya sambil berjalan mendekati mereka.

“Iya, baru aja sampai.” jawab lelaki itu. Ia mengalihkan pandangannya kepada Jelitha yang berada di samping Ilaya.

Niko tiba-tiba berceletuk, “Eh, Litha kamu balik bareng sama Aby aja.”

Jelitha terlihat bingung. Aby? Siapa itu Aby?

“Heh, pinter. Jelitha kan belum kenal sama Aby.” ujar Ray sambil memukul pelan Niko.

“Oh iya, njir. Litha,kenalin ini Aby. Aby, kenalin ini member baru Sekolah Kita. Namanya Jelitha.” Niko berusaha memperkenalkan mereka berdua.

Laki-laki bernama Aby itu masih terus menatapnya, ketika Jelitha mendekat. Jelitha mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Aby.

“Halo, aku Jelitha. Salam kenal ya, Aby.” Jelitha mengenalkan dirinya sambil berjabat tangan. Abyaksa hanya terdiam, sementara jabatan tangan mereka tak kunjung lepas.

“Lepasin kali, bro.” Niko menyenggol bahu Aby dengan jahil.

Aby tersadarkan dan balas mengenalkan dirinya, “Abyaksa.” lalu melepaskan genggaman tangan mereka.

“Okey, Mas Aby.” kata Jelitha dengan senyuman manisnya yang sejak tadi tak kunjung luntur.

“Aby. Aja.” jawab Aby singkat.

“Oh, oke. Aby.” Jelitha kira ia harus memanggilnya dengan panggilan sopan seperti yang dilakukan Ilaya tadi.

“Aby, habis ini lo langsung balik ke rumah?” pertanyaan Niko tadi langsung disambut Abyaksa dengan anggukan.

“Jelitha balik bareng lo, bisakan?” tanya Niko kembali. Tapi sebelum Jelitha sempat menolak, Abyaksa sudah mengiyakan usulan Niko tadi.

“Enggak usah, Niko. I’m fine, aku naik gojek aja. Lagi pula rumah aku pasti enggak searah sama Aby.” Jelitha kembali menolak ide konyol dari Niko.

“Satu arah, kok.” Niko tetap kukuh dengan usulannya dan tidak memperdulikan alasan Jelitha.

“Emang rumah kamu dimana?” Aby akhirnya bersuara.

“Rumahku di Menteng.”

Abyaksa hanya mengangguk dan berkata, “Oke, satu arah.”

“Nah, kan. Oke semua udah aman ya. Yuk, kita pulang. Gue udah ditunggu orang rumah.” Niko buru-buru menutup percakapan mereka. Lalu, mendorong Jelitha untuk segera mengikuti Abyaksa menuju motornya.

Jelitha memperhatikan Aby yang tengah mempersiapkan motornya. Motor Vespa berwarna biru itu, Jelitha yakin berusia lebih tua dari dirinya.

“Kamu naik motor enggak papa?” tanya Aby memastikan kepada Jelitha.

“Enggak papa, kok. Aku suka naik motor.” jawab Jelitha, “Emang kenapa nanya gitu?”

“Aku kira kamu enggak bisa kalo naik motor.” jawab Aby dengan Jujur.

Jika orang melihat tampilan Jelitha, pasti mereka akan mengira hal yang sama. Gadis cantik dengan tampilan high maintenance seperti Jelitha, pada umumnya akan disangka tidak dapat hidup susah. Seperti misalnya, naik motor butut mungkin?

Jelitha tertawa lepas, “Enggaklah. Aku tiap hari juga naik motor kalau pergi.”

Aby mengangguk dan mempersilahkan Jelitha menaiki motornya.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

thedeepinside
thedeepinside

No responses yet

Write a response